|
Info Buku: Budaya Bertani Atoni Pah Meto: Siklus Ritus Bertani Lahan Kering Atoni Pah Meto Tunbaba, Timor, Nusa Tenggara Timur. Oleh Wilhelmus Foni. Percetakan Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana, Cetakan Pertama 2008. 118hal.Abstract: Atoni Pah Meto, seperti juga banyak suku lain di Indonesia, adalah kelompok masyarakat di mana informasi pada umumnya disampaikan secara lisan secara turun menurun, mereka hidup dalam budaya tutur dan bukan tulisan. Nilai-nilai budaya dan kearifan-kearifan lokal pda suatu saat mungkin akan punah karena tidak ada lagi penutur. Dalam konteks seperti ini-lah tulisan Wilhelmus Foni mempunyai makna lebih. Selain itu, tulisan ini tidak saja memperkaya khasanah literatur tentang Atoni Pah Meto. Juga tidak saja memotret, menyelami dan mendokumentasikan salah satu sisi penting dari kehidupan masyarakat Atoni Pah Meto, tapi lebih dari itu, tulisan ini menyadarkan dan mengingatkan kita, terutama orang Timor, tentang salah satu sisi dari kekayaan budaya Atoni Pah Meto. Suatu sisi budaya dan tradisi yang menunjukkan keharmonisan manusia dengan lingkungannya dan sekaligus juga mencerminkan jati diri. Jati diri sebagai suatu bagian dari kehidupan bermasyarakat dan keserasian yang utuh dengan lingkungan dan penciptaNya.Kajian yang dilakukan oleh Wilhemus Foni yang dituangkan dalam buku yang awalnya merupakan hasil penelitian Tesis Magister Sains (M.Si) yang diselesaikanya pada Program Studi Magister Studi Pembangunan-Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga bukan saja merupakan suatu sumbangan berharga pada khasanah literatur studi sosial antropologis yang langkah tentang Atoni Pah Meto, tetapi juga sekaligus sebagai penggugah bagi Atoni Pah Meto untuk tetap mengenal akar budayanya. Kekayaan budaya seperti ini adalah salah satu aspek dari sumber daya yang penting dalam pembangunan oleh Sosiolog James Coleman disebut sebagai Modal Sosial (Social Capital).
|